Kamis, 20 Agustus 2009

Mengenali Karakter Istri

Jika kita kenal karakter pasangan, dijamin konflik dapat diminimalisasi. Bukankah dengan kenal kita bisa memahaminya hingga solusi pun bisa ditemukan? Nah, seperti apa karakter istri Anda, silakan simak di bawah ini.

  1. Boros - Coba lihat bagaimana karakter orangtuanya, ereka yang boros biasanya dibesarkan dari orangtua yang boros pula. Jadi, sejak kecil memang sudah terbiasa dengan pola hidup boros. Umumnya lebih impulsif, yakni tak bisa menunda keinginan. Bila menginginkan sesuatu, ia pasti langsung membelinya.
  2. Pelit - Sepertinya karakter ini sudah menjadi semacam trade mark kaum ibu. Bukankah para ibu lebih suka berkeliling pasar menawar ke sana ke mari demi mendapatkan harga termurah? Orang luar boleh saja berkomentar, "Kok mau beli itu saja mesti dihitung-hitung banget? Berapa sih selisih harganya? Apa enggak capek buang-buang energi?
  3. Tak Betah Dirumah - Yang model begini suka sekali menghabiskan waktu dengan jalan-jalan ke mal dan menghamburkan uang. Padahal, jika memang tujuannya mengisi waktu kan masih banyak kegiatan bermanfaat. Sementara di rumah pun rasanya mustahil bila tak ada pekerjaan dijadikan alasan keluyuran. Bukankah mendampingi anak belajar atau memanfaatkan waktu bersama anak merupakan aktivitas yang sangat bermanfaat ketimbang mereka seharian bersama pembantu?
  4. Tukang Ngomel - Sedikit saja ada yang tak berkenan di hati, ia langsung ngomel. Apalagi kalau ada yang bikin salah, omelannya bisa memekakkan telinga. Karakter ini muncul bukan lantaran perempuan pada dasarnya cerewet. "Karakter ini lebih merupakan mekanisme pertahanan untuk menunjukkan dirinya agar dihargai.
  5. Pencemburu - Istri model ini amat posesif karena ia merasa tak aman. Coba telusuri lebih jauh penyebabnya sampai ke masa kecilnya, adakah ia punya pengalaman buruk. Kondisi kehidupan atau tuntutan tugas yang "memaksa"nya sering berpindah tempat juga bisa menjadi salah satu sebab munculnya karakter ini. Bukankah ia harus tercabut dari lingkungan lama yang sudah akrab dan selalu harus memulai dari awal lagi? "Nah, ini membuatnya merasa tak aman dan nyaman. Ia merasa segala yang telah dibina selalu sia-sia hingga timbullah posesivitas dan keresahan tingkat tinggi
  6. Slordig - Buat mereka, keteraturan tak terlalu penting. Itu sebabnya mereka tak terusik sedikit pun kala melihat si kecil belum juga mandi padahal hari hampir magrib atau mendapat tas kerja suami ada di tempat tidur, dan sebagainya. Bahkan, si kecil belum makan pun tak jadi soal buatnya. "Toh, kalau lapar nanti juga minta makan," begitu pikirnya. Rumah berantakan juga ia tenang-tenang saja.
  7. Gila Kerja - Ini sudah lampu kuning. Soalnya, bisa jadi ada something wrong dengan kehidupan rumah tangga Anda berdua hingga ia merasa tak nyaman, lalu mencari kompensasi dengan bekerja dan mengejar prestasi di bidang lain. Meski tak tertutup kemungkinan kegilaannya berhubungan dengan achievement atau ambisi mencapai sesuatu yang lebih. Akibatnya, ia merasa lebih betah di kantor ketimbang rumah, terlebih jika kondisi rumah juga mendukungnya untuk "lari" ke kantor. Ia merasa dihargai, mendapat kepercayaan dan kesempatan, jenjang kariernya jelas, dan situasi kerjanya pun menyenangkan.
  8. Pelayan Sejati - Masih banyak lho istri model ini. Penyebabnya adalah faktor budaya. Bukankah budaya kita, terlebih zaman dulu, mendudukkan perempuan lebih rendah dari pria? Jadi, sedari kecil perempuan sudah terbiasa kalah dan mengalah; dididik untuk selalu melayani, bukan dilayani. Selain itu, perempuan memang punya naluri untuk merawat hingga ada kecenderungan lebih mengutamakan suami dan anak.
  9. "Terserah Mas Aja Deh" - Kalau yang ini lebih karena sedari kecil tak dibiasakan memilih dan mengambil keputusan. Namun, bisa juga lantaran suami kelewat dominan atau boleh jadi ia punya pengalaman pahit/menyakitkan kala ikut menentukan pilihan. Misalnya, komentar suami yang melecehkan pendapat atau pilihannya. Istri sebaik dan sesabar apa pun pasti akan terluka hatinya. Akhirnya, ia lebih memilih diam daripada harus sakit hati. Namun buntutnya, bisa jadi ia ngomel di belakang menunjukkan kekecewaan.

Source : http://www.kompas.com

Tidak ada komentar: